Penyesalan Yang Indah
Malam itu tampak sepi di rumah
Kevin, ayah dan ibunya tampak tertidur lelap di depan televisi, hanya Kevin
yang tampak asyik memegang HP di tangan kanan dan remote di tangan kiri, di
depannya tak lupa ada setoples cemilan pedas kesukaannya yang selalu setia
menemani ia tiap menonton TV. Malam itu menunjukkan pukul 10 malam, terdengar
alunan suara jangkrik dan katak yang menyelingi sepi nya malam itu, tapi Kevin
tidak sedikit pun mengantuk karena ia terbiasa tidur jam 12 malam bahkan kalau
hari libur bisa begadang sampai pagi, ia juga jarang belajar. Kevin adalah
siswa kelas 1 SMA di bandung, keluarganya sederhana, ayahnya bekerja sebagai
sopir taksi, dan ibunya penjual baju di pasar, tetapi entah mengapa sikap Kevin
bisa sombong akan keadaannya saat ini, ia tidak mau mengerti dan peduli dengan
keadaan keluarganya, yang ia pikir hanya kesenangan dalam hidupnya itu.
Pagi hari pun datang, matahari
terbit dari ufuk timur, ditemani merdunya kicauan burung-burung dan udara sejuk
nan menambah indahnya suasana pagi itu. Di dalam rumah Kevin terlihat sibuk
seperti biasa, tetapi Kevin masih tidur dalam kamarnya, ibunya pun membangunkan
Kevin
“Kevin………., masyaAllah !!, masih
tidur saja, udah jam berapa ini Vin, ayo bangun, cepat mandi lalu berangkat
sekolah !”
Mata Kevin sedikit terbuka, lalu
dengan santai Kevin menjawab “OK, mom..”
Setelah semua siap, Kevin
berangkat bersama orangtuanya. Setelah sampai di sekolah, banyak teman cewek
nya yang menyapa nya tetapi Kevin hanya cuek saja, di depan kelas sudah
terlihat dua sahabat setianya yang menunggu yaitu Aldo dan Toni.
“what’s up bro? , nanti ada
ulangan kimia sama ekonomi ni, inget gak ?”
Setelah Aldo mengucapkan kata
itu, semula mata Kevin yang masih agak terlihat mengantuk itu langsung terbuka
melongo, ia terkejut karena lupa tidak belajar semalam.
“haduh ! gue lupa ada ulangan ,
gak belajar sama sekali, tadi malem ke asyikan nonton TV nie, huft mati gue ni
>,< “
“ah, kamseupay lo bro , kalau
galau jangan risau, ada toni d sini, uda gue atur strategi buat ulangan nanti,
pokoknya di jamin gak remidi dech, slow…., ga usah gugup kayak gitu”
Si Toni pun membuka pikiran Kevin yang sedang ruwet itu, karena si Toni
memang ahli dalam membuat strategi saat ulangan tiba, kini Kevin pun sedikit
lebih lega, ia tak menyangka pagi pagi sudah mendapatkan kopi pahit.
Setelah pulang sekolah, Kevin mentraktir sahabat dan mengajak pacarnya
Vina, kedua sahabatnya itu mengatur agar Kevin tidak sampai ketahuan pacar
keduanya Elni. Kevin pun duduk bersama Vina. Kevin pun melontarkan jurus-jurus
gombalannya
“Vin, aku sayang banget sama kamu, kamu terlihat cantik banget hari ini, hingga hati ini tak mampu berkedip melihat kecantikanmu itu”
”Ach kebiasaan kamu suka nge gombal, aku juga cinta banget kok sama
kamu say, makasi ya udah traktir aku”
“sama-sama sayang, kamu tau gak bedanya kamu sama Honda ??”
“gak tau say, emang apa?”
“kalau Honda itu kan One Heart, kalau kamu My Heart……. :*”
“iyyuuuuh so sweet banget pacarku yang ganteng ini, jadi tambah sayang
aja :*”
“Kevin gitu loh, hehe”
Setelah makan, mereka pulang ke masing-masing rumahnya, Kevin ada janjian
dengan sahabatnya sore hari. Saat sore itu tiba, mereka pun merencanakan hal
yang tidak baik, mereka memakai sebuah motor satria , plat nya di tutup dengan
stiker hitam dan mereka bertiga pun nekat mengendarai motor itu dengan mamakai
helm, mereka ingin menerobos di lokasi tilang operasi polisi di jalan raya,
akhirnya mereka di kejar oleh empat orang polisi dengan motor, mereka panik dan
melewati banyak gang gang kecil yang asing bagi mereka, di sebuah hutan mereka
pun berpencar dan lari. Kedua sahabat Kevin pun tertangkap polisi, dan mereka pun
juga melaporkan Kevin, dengan berbagai alasan yang meyakinkan polisi, hingga
Kevin tidak di tangkap polisi, ia tetap tak mau mengaku dan manganggap aldo dan
toni sebagai sahabatnya di depan pak polisi.
Setelah beberapa hari berlalu, Aldo dan Toni pun marah dan bersikap
cuek dengan Kevin karena Kevin tidak setia kawan dan tidak sudi untuk minta
maaf, Kevin tetap egois dan merasa bahwa ia bisa hidup bahagia tanpa mereka dan
masih banyak sahabat yang lebih baik dari mereka, setelah itu nasib sial pun
melanda Kevin, saat Kevin jalan ke mall dengan Elni (pacar keduanya), mereka di
labrak oleh Vina, cekcok mulut pun gak bisa di hindarkan, berakhir dengan stempel
pipi merah di kedua pipi Kevin sebagai tanda kekecewaan atas permainan cinta
segitiga nya itu. Musibah ketiga pun melanda Kevin , sungguh sial nasib Kevin
saat itu, mungkin Tuhan merencanakan sesuatu untuk menyadarkan nya, musibah itu
dating ketika Kevin lupa bahwa uang yang Kevin pakai untuk mentraktir sahabat, dan
pacar juga untuk belanja itu adalah uang SPP selama dua bulan.
Orang tua Kevin sangat marah ketika mengetahui itu, orangtua Kevin
sampai tidak mau ngomong dengannya, hingga ia di biarkan oleh orangtua nya,
tapi Kevin tetap besar kepala, egois dan gengsi untuk meminta maaf.
Di suatu hari Kevin sedang berjalan sambil melamun, hingga ia tak
melihat ada sepeda di depannya, Kevin pun tertabrak oleh Sinta, teman satu
sekolahnya yang belum ia kenal. Setelah itu Kevin bangkit kembali duduk di
pnggir jalan dengan wajah yang murung, Sinta pun meminta maaf
“Kevin, maafin aku, tadi kamu melamun si, aku juga gak tau kalau kamu
ada di tengah jalan, oh ya namaku Sinta, kenapa kamu terlihat murung Vin ?”
“hmmm gak papa kog , salam kenal ya Sinta, aku bingung kenapa hidupku
seperti ini, aku bingung dan menyesal dengan hidup ku ini, apa aku bisa berubah
?”
Sinta pun menjelaskan bahwa Kevin lebih beruntung memiliki ayah dan ibu
yang sayang padanya, sedangkan Sinta ?? , ayah dan ibunya sudah lama meninggal,
dan ia kini hidup bersama paman dan bibinya yang juga dari keluarga sedarhana,
setiap hari Sinta harus menitipkan dagangan ke sekolah, dan semua pekerjaan
rumah ia yang mengerjakan, hampir jarang ada waktu untuk bermain-main bersama
dengan teman-teman nya, dan dengan uang saku yang sedikit, ia harus rajin
menabung untuk menginginkan sesuatu untuk ia beli, tetapi ia tetap semangat
untuk menjalani hidupnya, tidak pernah ada rasa putus asa, egois dan gengsi,
karena hal itu hanya membuat penyesalan saja di akhirnya dan tidak ada
untungnya juga.
Mendengar cerita dan motivasi dari Kevin, hati nurani Kevin pun
terbuka, ia berterima kasih dengan Sinta dan hubungan mereka pun makin hari
makin dekat. Setelah itu entah ada angin apa, Kevin sadar dan langsung meminta
maaf kepada kedua orangtuanya, sambil menangis memeluk ibu dan bapaknya
“ibu, bapak, maafkan sikap Kevin selama ini, Kevin sadar kalau Kevin
tidak bisa menjadi anak berbakti buat bapak ibu, Kevin janji suatu saat akan
bahagia’in ibu bapak, maafin Kevin”
“iya Vin, kami maafkan kok, ibu yakin kamu bisa lewati semua ini, kalau
kamu sudah dewasa kamu akan mengerti sendiri”
Kevin pun lebih ceria, esoknya ia bangun lebih pagi, setiap pagi ia selalu
rajin membantu pekerjaan orang tuanya seperti menyapu, mencuci baju dan mencuci
piring. Di sekolah ia meminta maaf kepada kedua sahabatnya itu sekaligus
mantan-mantan yang pernah iya sakiti. Mereka pun kembali akur, dan Kevin pun
mengajak para sahabatnya untuk menjadi lebih baik, sebelum mereka menyesal
seperti Kevin. Sekarang sikap Kevin pun sudah berubah 360 derajat, ia menjadi
lebih baik, rajin, jujur, ramah, dan sopan. Ia bersama sahabatnya berusaha
meraih prestasi bersama di kelasnya, setelah pada semester 1 mereka terpuruk
dengan nilai mereka saat itu. Usaha mereka pun tak sia sia, pada semester 2,
mereka berhasil meraih juara 1 oleh Kevin,
juara 2 oleh Aldo dan juara 3 oleh Toni dalam kelasnya XD, tentu dengan
belajar dengan sungguh-sungguh dan jujur semua bisa di lewati dengan
kebersamaan, semuanya indah ketika bisa membuat suasana menjadi lebih baik dan
terlihat sempurna, kesempurnaan bagi Kevin pun makin lengkap ketika ia
mendapatkan cinta sejatinya dengan Sinta, ia yakin orang yang telah menyadarkan
dan mendorongnya ke jalan yang baik itu adalah cinta sejatinya. Kevin tak mau
mengulangi masa lalu yang suram, karena kini hidup Kevin lebih berarti dan
menyenangkan.
Sesungguhnya Tuhan selalu memberikan jalan kepada kita untuk merubah
segala yang ada pada diri kita, yang awalnya buruk belum tentu akhirnya juga
buruk, yang awalnya baik belum tentu akhirnya juga baik, semua bergantung pada
hidup kita sendiri, kemampuan dan kesanggupan untuk merubah hidup, tidak hanya
pasrah dengan segala yang ada pada kita. Memang manusia tidak ada yang
sempurna, tapi kalau kita bisa membuat hidup kita menjadi lebih berarti untuk
diri kita dan orang lain, selalu saling bersama dan percaya dalam menjalani
hidup, saat itulah kita akan merasakan anugrah kehidupan yang begitu sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar